headerphoto

10 patokan untuk rumah ekologis sebagai rumah sehat -bagian 3

8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan harmonis
Pengertian proporsi adalah masalah yang selalu dipersoalkan dalam perencanaan arsitektur sebagai prinsip keselarasan dan estetika. Proporsi dan keselarasan (harmoni) bersama-sama dapat menentukan bentuk arsitektur. Oleh karena itu, semua buku arsitektur kuno mengandung ilmu proporsi. Pengertian proporsi dapat dianggap dalam bentuk proporsi bidang maupun bentuk proporsi ruang seperti sudah ditentukan oleh Pythagoras dan penganutnya.
Musik mulai menjelma sebagai tegangan di antara yang dapat didengar dan yang tidak dapat didengar. Pythagoras membayangkan bahwa pola nada mirip dengan bentuk ruang (proporsi). Berdasarkan kenyataan tersebut, dimensi yang dapat diukur dan yang dapat dilihat dapat diperbandingkan dengan nada (lihat: van der Maas, Jan. Das Monochord. Bern 1985, hlm. 6-8). Dengan begitu orang dapat 'mendengar' arsitektur, karena proporsinya dapat dimainkan pada alat musik monochord.
Menurut Pythagoras arsitektur merupakan 'musik yang beku', sedangkan J.W. von Goethe menyebutnya 'seni musik yang didiamkan'. Seorang arsitek bekerja di antara yang dapat didengar dan yang dapat dilihat, sebagai penterjemah pola audio kepada pola visual. Dengan begitu nada menjadi lagu.
Alat musik yang kuno dan paling sederhana yang telah digunakan oleh Pythagoras adalah monochord, dengan satu atau beberapa senar yang sama panjangnya. Agar panjangnya senar dapat diatur, digunakan penyangga bergerak.
Akibat pertimbangan harmonikal tersebut memungkinkan para arsitek dan pemberi tugas dapat menilai apakah perencanaan desain sesuai dengan imaginasi calon penghuni dan jiwanya. Proporsi sebuah rumah, ruang, pintu dan jendela maupun perabot dapat dibunyikan pada monochord. Jika nada/lagu berbunyi enak untuk seseorang, maka ia akan merasa senang di dalam ruang tersebut, akan tetapi, jika nada/lagu berbunyi jelek, maka penghuni akan merasa tidak nyaman.
Hubungan antara arsitektur dan musik atau arsitektur yang memperhatikan proporsi dan jarak antara nada disebut arsitektur harmonikal. Perencanaan menurut arsitektur harmonikal tersebut dapat dimainkan dengan alat musik sebelum dibangun.

9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak mencemari lingkungan maupun membutuhkan energi yang berlebihan
Seperti telah diuraikan, bahan bangunan selalu membutuhkan sumber alam dan energi tidak terbarukan. Oleh karena itu bahan bangunan harus dipilih dengan saksama dan kebutuhan energi tersebut, kerusakan yang eksploitasinya berakibat pada alam, pembuangan yang mencemari tanah, serta rantai bahan secara holistis harus dipertimbangkan.

Masalah padatnya penduduk dan ketidakpedulian terhadap lingkungan alam mengakibatkan kemerosotan dan kerusakan lingkungan alam kita yang makin parah. Berhubungan dengan butir-butir di atas yang sudah diuraikan, maka para perencana harus bertanggungjawab terhadap kerusakan alam baik oleh kegiatan pembangunan maupun oleh penggunaan energi yang tidak dapat diperbarui.

Kebebasan untuk memilih dan tugas untuk merawat dunia ini dengan penuh rasa tanggungjawab dan secara berkesinambungan adalah dasar etika lingkungan. Selama agama-agama belum mampu atau enggan memikul tanggungjawab etika lingkungan, maka etika lingkungan merupakan tuntutan umum. Etika lingkungan dapat dituangkan dalam satu kalimat saja (lihat: Ruh, Hans. Vote of thanks for the 'Binding Award for Nature and Environmental Conservation in Europe'. Vaduz 1991), akan tetapi perekayasaannya amat berat:
Setiap manusia berhak untuk melakukan apa saja yang diinginkan, selama
- ia mengizinkan hal yang sama kepada semua orang lain, dan
- ia memungkinkan hal yang sama kepada semua generasi yang akan datang.
Memikirkan etika lingkungan secara mendalam, misalnya pada contoh mobilitas, makin jelas bahwa arah yang telah kita tempuh merupakan jalan buntu karena penyediaan kendaraan bermotor bagi semua penduduk dunia masa kini merusak lingkungan seketika. Kita harus mengubah pikiran!

10. Menjamin bahwa pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan secara luas sehingga tidak mengakibatkan efek samping yang merugikan
Pembangunan berkelanjutan tercapai dengan perhatian pada sembilan patokan rumah ekologis sebagai rumah sehat tersebut di atas. Dengan perhatian khusus pada etika lingkungan masalah efek samping yang merugikan tetangga atau manusia yang lain dapat dihindarkan.

Jejak ekologis dari semua penduduk bumi pada saat ini mencapai 2.2 hektar, sedangkan luasnya lahan subur di dunia mencapai 1.8 hektar per orang. Hal ini berarti bahwa cara kehidupan masa kini telah melebihi kemampuan bumi dan mengancam keberlanjutan kehidupan pada planet ini.

Mempertimbangkan etika lingkungan dan jejak ekologis menggambarkan tanggung jawab kita sebagai arsitek dan perencana. Membangun secara ekologis dan sehat akan menarik perhatian orang yang mengaguminya dan mulai meniru pada semua lapisan masyarakat.

0 comments:

Post a Comment