4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan
Bangunan sebaiknya dibuat secara terbuka dengan jarak yang cukup di antara bangunan tersebut agar gerak udara terjamin. Orientasi bangunan ditempatkan di antara lintasan matahari dan angin. Sebagai kompromi letak gedung berarah antara timur ke barat, dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Gedung sebaiknya berbentuk persegi panjang sehingga menguntungkan bagi penerapan ventilasi silang.
Letak gedung terhadap sinar matahari yang paling menguntungkan bila memilih arah dari timur ke barat
Letak gedung terhadap arah angin yang paling menguntungkan bila memilihi arah tegak lurus terhadap arah angin itu
Ruang di sekitar bangunan sebaiknya dilengkapi pohon peneduh tanpa mengganggu gerak udara.
Pembentukan gedung memanfaatkan segala sesuatu yang dapat menurunkan suhu dan perlindungan terhadap sinar panas matahari sehingga ruang di dalamnya menjadi nyaman. Gedung sebaiknya dilengkapi dengan atap sengkuap yang luas dan tingginya tidak melebihi 3 lantai agar tidak merugikan gedung tetangga.
Pada organisasi denah perlu diperhatikan, bahwa ruang-ruang tidak selalu dapat diatur secara optimal, sehingga harus diperhatikan juga orientasi jendela terhadap matahari (kamar tidur tidak menghadap be barat). Ruang yang mengakibatkan tambahan panas (dapur) sebaiknya dipisahkan sedikit dari rumah. Ruang yang menambah kelembapan (kamar mandi, ruang cuci) harus direncanakan dengan penyegaran udara yang baik dan pertukaran udara yang tinggi sehingga tidak akan tumbuh cendawan kelabu.
Atap sebaiknya berbentuk pelana sederhana (tanpa jurai luar dan dalam) sehingga mudah dibuat rapat air hujan dengan atap sengkuap yang luas. Atap yang paling bagus menahan panas adalah atap dengan ruang atap yang penghawaannya berfungsi baik, atau atap bertanaman yang dapat meresapkan air hujan maupun mengatur iklim ruang dalam.
Atap pelana dengan langit-langit Atap pelana dengan langit-langit Atap pelana bertanaman tanpa rudatar dan ruang atap berventilasi miring dan celah kasau berventilasi ang atap dan celah berventilasi
5. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu mengalirkan uap air
Hampir setiap bahan bangunan dapat menyalurkan dan menyimpan kelembapan dalam bentuk air maupun uap. Kemampuan ini tergantung terutama pada struktur pori-pori (jenis, bentuk, dan ukuran pori tersebut). Selanjutnya harus dibedakan antara bahan bangunan yang mengisap air (higroskopis) dan yang menolak air.
Makin kecil pori-pori bahan bangunan makin besar daya mengisap air, dan makin besar pori-pori makin mudah dapat diisi dengan air. Hal ini berarti bahwa air bisa masuk ke dalam bahan bangunan melalui gravitasi (misalnya oleh atap yang bocor), oleh tekanan angin (misalnya pada tepi dinding atau atap yang terekena angin kencang), oleh kapilaritas (pada retak plesteran dinding atau kelembapan tanah yang melalui trasraam yang tidak kedap air).
Bahan bangunan yang higroskopis (misalnya batu merah) kadang-kadang dapat mengikat banyak air. Satu m2 dinding batu merah yang diplester kedua sisinya mengikat rata-rata 66 liter air!
Jumlah air yang digunakan untuk membangun sebuah rumah biasa (seluas 36 m2) ialah sekitar 28'000 liter yang harus menguap sebelum rumah tersebut dapat dianggap kering dan sehat untuk dihuni. Waktu penguapan air tersebut tergantung pada cara membangun, iklim, ventilasi, dan kelembapan udara setempat. Sebagai angka perkiraan dasar dapat dianggap akan dibutuhkan waktu selama 4 bulan.
Kelebihan kelembapan apapun dalam iklim tropis lembap, akan menumbuhkan cendawan kelabu (aspergillus) yang mempengaruhi kesehatan penghuni karena mengakibatkan alergi bronkitis dan asma.
6. Menghindari kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan dan memajukan sistem bangunan kering
Kelembapan tanah yang naik ke dalam konstruksi bangunan merupakan permasalahan besar di Indonesia dengan iklim tropis lembapnya, karena lapisan yang kedap air tidak ada. Sebaiknya lapisan kedap air diletakkan di antara sloof dan kaki dinding (trasraam) sebagai berikut:
- Trasraam lapisan aspal (atau kertas aspal) dapat digunakan di atas sloof beton bertulang (sloof harus kering, berumur minimum 14 hari) atau dibawah sloof konstruksi kayu (di atas lapisan mortar yang datar dan yang menutupi fondasi batu kali). Lapisan aspal setebal ± 2 mm, dapat dibuat dengan cara mengecat 2-3 kali dengan aspal panas (yang cair).
- Karet trasraam (lembaran dari karet atau PE) dipotong sesuai dengan lebar sloof dan dipasang diatas sloof tersebut. Setiap sambungan karet trasraam harus tumpang tindih minimum 10 cm. Pada angker dan sambungan tulangan kolom praktis, karet trasraam harus dilubangi sesuai dengan garis tengah besi angkur sehingga lapisan tetap kedap air.
- Trasraam seng papak. Seng yang dipilih adalah seng yang tahan karat, misalnya seng galvanisir dengan tebal (minimum BWG 24) sehingga juga mempunyai keuntungan mencegah rayap.
Kelembapan tanah yang naik juga mengakibatkan masalah pada lapisan dinding. Lapisan dengan cat dapat menimbulkan kesulitan yang mirip dengan plesteran dinding yang kedap air. Jika trasraam tidak kedap maka kelembapan naik sampai kuda-kuda atap. Cat sintetik bersifat agak kedap air dan memungkinkan saluran air sebanyak 2-9 g/m2h saja, sedangkan cat perekat atau cat kapur mengizinkan 15-17 g/m2h tembus.
7. Mempertimbangkan kesinambungan pada struktur dan masa pakai bagian gedung yang menerima beban dan yang membagi saja
Hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan akan mempengaruhi pilihan struktur dan penggunaan bahan bangunan. Bahan bangunan apapun yang dipilih sebagai bagian struktur (sebaiknya tahan minimal 60 tahun), bagian sekunder, atau bagian perlengkapan/utilitas yang tahan hanya sekitar 5-20 tahun selalu harus dipertimbangkan masa pakainya (life span). Desain struktur yang berkesinambungan (lihat: Steiger, Peter. Bauen mit dem Sonnen-Zeit-Mass.
Karlsruhe 1988. hlm. 17+35) selalu mempertimbangkan masa pakai dan masalah perawatan.
Penggantian bagian bangunan yang aus membutuhkan bahan baku dan energi yang sebenarnya dapat dihemat baik secara ekonomis maupun ekologis. Penggantian tersebut selalu harus dapat dilakukan tanpa merugikan bagian bangunan yang lain.
Pada setiap penggunaan bahan bangunan harus dipertimbangkan ciri khas berikut:
- kemampuan tahan lama bagian bangunan tersebut;
- kapan bagian bangunan harus diganti karena rusak atau perkembangan teknologi; atau
- kemampuan tahan lama non fisik (tidak laku lagi, membosankan).
0 comments:
Post a Comment